Jual Mahal – arti, asal usul dan efektifitasnya

Pernah nggak, kamu dengar istilah jual mahal dan langsung mikir “Oh, itu maksudnya dia sulit didapat gitu ya?” Sebenarnya, istilah “jual mahal” di dunia percintaan adalah kiasan untuk sikap seolah-olah bernilai tinggi sehingga susah digapai. Media Indonesia menjelaskan, istilah ini menggambarkan orang yang “sulit untuk didekati dan jarang memberikan respon langsung ketika sedang didekati”. Secara harfiah “jual” artinya menjual dan “mahal” berarti harga tinggi, mirip konsep “playing difficult” dalam bahasa Inggris—yakni berlagak sulit didapat. Singkatnya, orang yang jual mahal akan seolah nggak antusias padahal sebenarnya sedang diuji.

Sejarah “Hard-to-Get” dalam Psikologi

Sebenarnya, trik jual mahal ini bukan barang baru. Di Barat, konsep serupa dikenal sebagai playing hard-to-get atau coyness. Bahkan, Charles Darwin sudah mencatat fenomena ini sejak 1871 dalam bukunya The Descent of Man. Menurut Darwin, betina di banyak spesies memang cuek terlebih dahulu saat proses memilih pasangan, membuat pejantan harus berusaha ekstra. Kamus Oxford menyebut coyness sebagai “merasa malu atau pura-pura malu, terutama tentang cinta atau seks, kadang untuk membuat orang lain makin tertarik kepadamu”.

Dalam psikologi modern, ada pula scarcity principle (prinsip kelangkaan): barang yang langka dianggap lebih berharga. Selebriti Aziz Ansari dalam bukunya Modern Romance menulis, “kita melihat sesuatu lebih diinginkan ketika ia kurang tersedia… Saat kamu lebih jarang membalas pesan, kamu menciptakan kelangkaan dirimu sendiri dan menjadikannya lebih menarik”. Jadi, bersikap sedikit dingin bisa membuat gebetan penasaran. Faktanya, studi di Journal of Social and Personal Relationships (2020) menemukan bahwa jika kamu tampak kurang tertarik dan lebih selektif, gebetan akan makin berusaha memikatmu. Singkatnya, dari abad ke-19 sampai sekarang, banyak riset menyebut ada “nilai lebih” jika kamu sulit diraih di awal.

Beberapa Alasan Orang Bersikap Jual Mahal

Tapi, kenapa sih orang suka jual mahal? Alasan orang bisa berbeda-beda. Berikut beberapa motif umum yang sudah diidentifikasi para ahli (dan praktisi percintaan):

  • Mengukur Keseriusan Gebetan: Ada yang sengaja mengulur waktu sebelum menerima ajakan kencan, untuk melihat seberapa dalam niat si gebetan. Kalau sang peneror masih gigih ngejar, mungkin ia benar-benar serius. Kalau tidak, ya mereka sudah tahu tanggapannya.
  • Membuka Opsi Lain: Dengan bersikap sulit didapat, seseorang bisa tetap menjaga peluang dengan calon pasangan lain. Berperilaku jual mahal kadang memberikan kebebasan untuk memilih dan menghindari kesan terburu-buru. Intinya, jika belum 100% yakin, dia masih mau “menunggu penawaran lain.”
  • Melindungi Ego dan Image: Tidak mau terlihat murahan atau terlalu mudah. Sikap jual mahal bisa jadi cara mempertahankan harga diri. Seperti yang dikatakan, jual mahal membuat ego dan imej seseorang tetap terjaga agar tidak terlihat kehilangan harga diri ). Setelah merasa cocok, baru deh turun gunung.
  • Masih Bingung dengan Perasaan: Kadang juga memang karena hati belum yakin. Kalau belum jelas suka apa nggak, orang bisa sengaja sok cuek dulu supaya perasaannya jelas. Jadi, perangai jual mahal justru perlindungan diri agar tak memberi harapan palsu.

Alasan-alasan di atas mungkin terdengar masuk akal di tahap pendekatan. Namun pertanyaannya: apakah strategi ini efektif untuk hubungan asmara jangka panjang dan sehat?

Jual Mahal vs Hubungan Serius

Nah, jika tujuanmu hubungan serius dan sehat, banyak bukti justru mengatakan jual mahal tidak efektif. Kenapa? Salah satu alasannya terkait norma resiprositas dalam psikologi: secara umum, orang cenderung menyukai mereka yang sudah menunjukkan ketertarikan padanya. Dengan sikap jual mahal yang terkesan acuh, lawan jenis bisa salah paham dan malah mengira kita tidak tertarik sama sekali. Hasilnya, mereka bisa mundur perlahan, bingung, atau bahkan kapok mendekati lebih lanjut. Dalam kata-kata peneliti, bersikap sangat sulit didapat (“hard-to-get”) berisiko membuat orang menilai kita tidak suka dan akhirnya pergi.

Lebih dari itu, studi menunjukkan jual mahal justru menarik tipe pasangan yang ogah berkomitmen. Psikolog Karen Stollznow (dari Psychology Today) menegaskan: “bermain hard-to-get malah bisa menarik orang yang tidak mencari komitmen sehingga ini mungkin bukan strategi pacaran jangka panjang yang sukses”. Singkatnya, gebetan yang terpesona karena tantangan belum tentu pantas diajak membangun masa depan bersama.

Risiko lainnya, lagi-lagi kutipan dari Stollznow: bermain jual mahal bisa jadi kebiasaan manipulatif yang “tak selalu menyenangkan untuk kedua pihak”. Alih-alih bikin kita tampil percaya diri, perilaku ini bisa memicu drama emosional. Oleh sebab itu ahli menyarankan lebih baik komunikasi terbuka: ungkapkan saja niat dan perasaanmu. Stollznow menyimpulkan, “lebih sehat untuk jujur tentang apa yang kita inginkan dan langsung berusaha mendapatkannya” dibanding terus bermain teka-teki.

Untuk mempertegas, berikut beberapa risiko besar jika kamu masih pakai taktik jual mahal padahal ingin komitmen:

  • Salah Paham dan Putus di Tengah Jalan: Gebetan bisa salah mengerti – mereka mikir kamu nggak suka padanya. Akhirnya bukan jatuh cinta, tapi justru hilang momen.
  • Tarik Tipe Takut Komitmen: Taktik ini malah cenderung memikat orang yang punya gaya attachment avoidant, alias takut berelasi dekat dan lebih menyukai tantangan. Padahal yang kamu cari justru pasangan yang siap terikat, bukan yang lari terus.
  • Mengurangi Kepercayaan dan Kebahagiaan: Permainan jual mahal adalah permainan “teka-teki”, yang bisa mengacaukan komunikasi. Hati-hati, pendekatan semacam ini bisa jadi sumber salah paham dan stres. Bukannya makin dekat, malah berjarak. Sebaliknya, ungkapan kasih sayang kecil seperti sentuhan ringan atau percakapan jujur justru membangun kedekatan.

Lebih Baik Jujur daripada Berbelit

Pada akhirnya, taktik jual mahal lebih cocok untuk drama dating singkat, bukan fondasi hubungan dewasa. Kalau tujuanmu membangun hubungan yang sehat dan serius, strategi ini justru kontraproduktif. Daripada main-main, lebih efektif dan menguntungkan untuk keduanya jika kamu terbuka: komunikasikan perasaanmu apa adanya dan berani melangkah. Seperti yang disarankan para ahli, kejujuran dan komunikasi langsung adalah jalan yang lebih sehat.

Jadi, kesimpulannya, jual mahal memang bisa bikin gebetan semangat ngejar di awal—tapi cuma sebatas itu. Ingat kutipan dari studi: “banyak orang malah lebih tertarik pada mereka yang menunjukkan ketertarikan padanya”. Kalau sudah niat serius, mengurangi tipuan demi membangun kepercayaan adalah pilihan yang jauh lebih baik. Jangan sampai kamu hanya menarik orang yang suka tantangan, padahal kamu butuh komitmen nyata.

Referensi: Penjelasan konsep ‘jual mahal’ diambil dari liputan media dan literatur psikologi (Mengenal 6 Zodiak yang Memiliki Kepribadian Suka Jual Mahal – Regional Liputan6.com). Penelitian modern mencatat efek taktis dan risikonya dalam konteks hubungan (The Psychology Behind Playing Hard-to-Get: Is It Effective? | Discover Magazine) (Does Playing Hard to Get Work? | Psychology Today) (Does Playing Hard to Get Work? | Psychology Today) (Long-Term Relationship Success –). Insight dan saran di atas dirangkum berdasarkan temuan-temuan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 

 / 

Sign in

Send Message

My favorites